Dampak Sanksi ke Rusia, OPEC Isyaratkan Tidak Akan Tambah Pasokan Lagi
By Admin
nusakini.com - Internasional - Organisasi Negara Pengekspor Minyak atau OPEC mengatakan kepada Uni Eropa pada Senin (11/4) bahwa sanksi saat ini dan di masa depan terhadap Rusia dapat menciptakan salah satu guncangan pasokan minyak terburuk dan tidak mungkin untuk menggantikan volume tersebut. Organisasi itu mengisyaratkan pihaknya tidak akan menambah pasokan minyak lagi.
Dilansir dari VOA, pejabat Uni Eropa mengadakan pembicaraan di Wina dengan perwakilan dari OPEC di tengah seruan agar kelompok itu meningkatkan produksi minyaknya dan karena Uni Eropa mempertimbangkan kemungkinan penerapkan sanksi terhadap minyak Rusia.
"Kami melihat potensi hilangnya lebih dari 7 juta barel per hari (bph) minyak Rusia dan ekspor produk likuid lainnya, akibat sanksi saat ini dan di masa depan atau tindakan sukarela lainnya," kata Sekretaris Jenderal OPEC Mohammad Barkindo, menurut salinan pidatonya dilihat oleh Reuters.
"Mempertimbangkan prospek permintaan saat ini, hampir tidak mungkin untuk mengganti kerugian dalam volume sebesar ini."
Uni Eropa mengulangi seruannya agar OPEC melihat apakah mereka dapat meningkatkan pasokan untuk membantu mendinginkan harga minyak yang melonjak, kata seorang pejabat Komisi Eropa kepada Reuters.
Perwakilan Uni Eropa juga menggarisbawahi bahwa OPEC memiliki tanggung jawab untuk memastikan pasar minyak yang seimbang, kata pejabat itu.
OPEC telah menolak seruan Amerika Serikat (AS) dan Badan Energi Internasional (IEA) untuk mengucurkan lebih banyak minyak mentah demi menetralkan harga. Harga minyak mencapai puncak tertinggi selama 14 tahun terakhir pada bulan lalu setelah Washington dan Brussel memberlakukan sanksi terhadap Moskow menyusul invasi Rusia ke Ukraina.
Dalam pertemuan dengan OPEC, Uni Eropa mengatakan OPEC dapat menyediakan lebih banyak produksi dari kapasitas cadangannya, menurut dokumen OPEC yang dilihat oleh Reuters.
Namun, Barkindo mengatakan pasar yang sangat bergejolak saat ini adalah akibat dari "faktor non-fundamental" di luar kendali OPEC, sebagai sinyal bahwa kelompok itu tidak akan menggelontorkan minyak lebih banyak.
OPEC+, yang terdiri dari negara-negara anggota OPEC dan produsen lain termasuk Rusia, akan meningkatkan produksi sekitar 432.000 bph pada Mei, sebagai bagian dari pengurangan bertahap pengurangan produksi yang dilakukan selama pandemi COVID-19.
Pertemuan Uni Eropa dan OPEC pada Senin (11/4) sore adalah pertemuan terkini setelah dialog kedua belah pihak sebelumnya dilakukan pada 2005.
Minyak mentah Rusia telah dikeluarkan dari sanksi Uni Eropa sejauh ini. Namun setelah blok 27 negara itu sepakat pekan lalu untuk memberikan sanksi kepada batu bara Rusia - yang pertama menargetkan pasokan energi - beberapa pejabat senior Uni Eropa mengatakan minyak bisa menjadi komoditas berikutnya yang akan dikenakan sanksi.
Komisi Eropa sedang menyusun proposal untuk melakukan embargo minyak Rusia, menteri luar negeri Irlandia, Lithuania dan Belanda mengatakan pada Senin (11/4) pada pertemuan para menteri luar negeri Uni Eropa di Luksemburg, meskipun tidak ada kesepakatan untuk melarang minyak mentah Rusia.
Australia, Kanada dan Amerika Serikat, yang kurang bergantung pada pasokan Rusia daripada Eropa, telah melarang pembelian minyak Rusia.
Negara-negara UE terpecah terkait keputusan apakah akan mengikuti langkah-langkah sekutunya atau tidak, mengingat ketergantungan mereka terhadap minyak Rusia yang lebih tinggi dan langkah itu berpotensi mendorong harga energi yang sebetulnya sudah mahal di Eropa.
Uni Eropa memperkirakan penggunaan minyaknya akan berkurang 30 persen pada 2030, dari 2015, di bawah kebijakan untuk memerangi perubahan iklim - meskipun dalam jangka pendek, embargo akan memicu langkah untuk mengganti minyak Rusia dengan pasokan alternatif. [sumber: voaindonesia.com]